Rollercoaster ala Lucas Leiva.

Juli 19, 2017
Whoa, whoa, whaoooo, whoa, whoa, whaoooo, His first name is Lucas, Is Lucas, Is Lucas, His second name is Leiva, Is Leiva, And that's the way we like it, We like it, We like it, In fact we f*cking love it, We love it, We love it.
Salah satu chant favorit yang sering dikumandangkan Kopites ini musim depan mungkin tidak akan terdengar lagi, chant legendaris ini diperuntukan untuk seorang pemain berkebangsaan Brazil, Lucas Pezzini Leiva. Didatangkan dari Gremio dengan seharga £5 juta Poundsterling di tahun 2007. Performanya di Gremio saat itu sebagai gelandang serang membuat Benitez ingin menambah talenta muda di Liverpool. 
Pada awal musimnya bersama Liverpool, Layaknya pemain muda Liverpool, Lucas mendapatkan tekanan yang minim sebagai pemain baru di Liverpool. Ia masih berusia 20 tahun saat itu. Benitez masih memiliki Xabi Alonso, Mascherano, Sissoko, dan sang Kapten Steven Gerrard. Lucas Leiva berhasil melesakkan gol pertamanya bersama Liverpool ke gawang Havant & Waterlooville. Gol tersebut meliuk dengan indahnya, menjadikan Lucas Leiva pemain Brazil kedua yang berhasil mencetak gol di Liverpool setelah Aurelio.



Di tahun keduanya Lucas belum juga mendapatkan juga kesempatan bermain reguler di Anfield, ia gagal untuk bersaing dengan the Three Musketeer Liverpool, Steven Gerrard, Mascherano dan Xabi Alonso. Penderitaan itu semakin berat ketika sang maestro Xabi Alonso angkat kaki dari Anfield. Lucas mendapatkan beban langsung sebagai pemain pengganti sekelas Xabi di tahun ketiganya bersama Liverpool. Lucas menjadi kambing hitam para fans Liverpool disaat Liverpool bermain buruk.
Lucas dan Xabi Alonso
Saya disalahkan karena tidak bisa menjadi seperti dia (Alonso). Para fans dan rekan setim saya memandang saya sebagai pengganti Alonso. Sedikit tidak adil untuk saya. Untung Benitez selalu mempercayai saya -  Lucas Leiva
Saat itu Lucas menjadi bermain lebih sering, dan performanya pun tidak kunjung datang. Lucas yang dulu seorang gelandang serang dipaksa bermain lebih bertahan di Liverpool, selain masih beradaptasi di Liverpool, ia juga terpaksa harus beradaptasi di posisi barunya. Bahkan ia hampir tergantikan oleh Alberto Aquilani yang direncanakan sebagai pengganti dari seorang Xabi Alonso karena Lucas Leiva dinilai gagal, namun Aquilani juga sering ditepa badai cedera, sehingga kembali memaksa Lucas untuk bertanggung jawab di posisi tengah Liverpool. Moment terburuk yang pernah dialami Lucas ialah disaat fans Liverpool mengolok-ngolok Lucas saat menghadapi Fulham pada tahun 2008. Kehidupan Lucas menjadi semakin susah. Apalagi disaat musim 2009-2010 berakhir, dimana Rafael Benitez memutuskan untuk cabut, Lucas seperti kehilangan ayah yang selalu menjaga dia di Liverpool. 

Tidak sampai situ saja, pelatih baru Liverpool Roy Hodgson juga tidak memasukan Lucas di rencana musim baru Liverpool, ia lebih memilih untuk mendatangkan Christian Poulsen dibandingkan memainkan Lucas di posisi tengah. Bahkan rencananya Lucas akan dijual salah satu klub Italia saat itu. Namun karena buruknya Liverpool di tangan Hodgson, sehingga Hodgson yang ternyata lebih dulu didepak dibanding Lucas, Kenny Dalglish menjadi pelatih baru Liverpool saat itu. Perlahan Lucas pun menunjukan performanya, dan mulai mencuri perhatian para fans Liverpool yang sempat memandang remeh terhadap pria yang berasal dari Dourados, Brazil.  Kenny pun menaruh kepercayaan pada Lucas, dan Lucas berhasil menjawab kepercayaan Kenny Dalgish. Pada musim 2010-11 dibawah asuhan Kenny, Lucas dinobatkan menjadi Player of the Year di Liverpool.


Lucas menjadi Player of The Year di Liverpool musim 2010-11


Saya tidak siap saat berusia 20 tahun. Tetapi ketika Liverpool datang, kamu tidak bisa berkata tidak. Disana ada Gerrard, Xabi, Sissoko, Mascha, ini sangat susah! Saya sangat khawatir, karena itu saya harus bekerja keras, sangat keras, Sebenarnya mudah buat saya untuk kembali ke Brazil. Tapi itu bukan karakter saya. - Lucas Leiva
Lucas Leiva menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di Premier League pada musim 2010-11, ia menyumbangkan tekel terbanyak dibandingkan gelandang bertahan manapun di Premier League. Ia mematikan gelandang serang lawan, seperti Cesc Fabregas, Yaya Toure, dan David Silva. Ia berhasil menjadi gelandang bertahan yang kuat, jago saat duel udara dan dapat membaca permainan.
Jumlah Tackles di Premier League 2006/07- 2016

Namun sepertinya masa emas Leiva tidak bisa berlangsung lama, pada saat menghadapi Chelsea di Stamford Bridge pada babak perempat final Carling Cup, Lucas terkena musuh terbesar dalam hidupnya, Anterior Cruciate Ligament Rupture, cedera pada otot lututnya yang memaksa Leiva harus beristirahat sampai akhir musim 2011-12. Lucas Leiva kembali ke masa gelap dalam hidupnya. Ia menjadi pemain yang mudah cedera setelah itu. Brendan Rodgers yang menjadi pelatih baru saat itu juga menghadirkan Joe Allen untuk mengganti posisi yang selama ini diisi Lucas Leiva di Liverpool.

Lucas cedera saat berhadapan Chelsea di Stamford Bridge pada ajang Carling Cup 2011/12
Sejak cedera itu, Lucas gagal untuk menghidupkan performanya yang dulu, menjadi pemain kenomorsekian di Liverpool, namun ia tetap berjuang keras untuk memberikan performa terbaiknya untuk Liverpool, rela ditempatkan dimanapun demi menjadi pemain yang berkonstribusi untuk Liverpool. Lucas menjadi pribadi yang bermental baja, ia jatuh berkali-kali dan selalu bangkit. Lucas menjadi panutan untuk para pemain di Liverpool.

Memang Lucas Leiva tidak bisa menjadi dirinya yang dulu, menjadi pemain yang memiliki performa seperti Kante, Matic atau gelandang bertahan berprestasi lainnya ditim. Keprofesionalan dia selama 10 tahun di Liverpool inilah yang memberikan dampak positif buat pemain muda dan baru di Liverpool. Memang ia tidak seperti Gerrard, menjadi seorang yang dihormati karena karirnya yang luar biasa sebagai pemain. Lucas lebih seperti pembimbing dibanding contoh, ia tidak memiliki skill dan karir seperti Gerrard, namun ia menjadi pemain yang sangat berpengaruh di ruang ganti atau di luar lapangan. Lucas menguasai bahasa Spanyol, Portugis, dan Inggris, sehingga menjadi pemain satu-satunya yang membimbing pemain luar yang belum beradaptasi di Inggris, contohnya Luis Suarez, Coutinho, Firmino, dan Moreno. Pengalamannya jatuh bangun menjadi sebuah motivasi pemain pemain muda seperti Kevin Stewart, Texeira, Brannagan, Spearing, bahkan Kapten kita sekarang ini, Jordan Henderson. Bahkan Steven Gerrard yang merupakan pemain legenda Liverpool dan pelatih Tim U18 Liverpool juga mengatakan bahwa Lucas Leiva adalah pemain yang menjadi contoh para pemain muda di Liverpool.


Lucas dan Coutinho, pemain muda Brazil yang berbakat.
Siapapun yang baru bergabung di Liverpool, yang mencari panutan atau contoh untuk diikuti, buat saya, Lucas Leiva adalah orang satu-satunya. Simpelnya ia memberikan contoh untuk menjadi pemain yang profesional dan berkarakter sebagai pemain Liverpool, di ruang ganti tidak ada yang lebih disegani dan dihormati selain dia.

Ia digambarkan sebagai orang yang mesti-dijumpai oleh pemain-pemain yang dari luar Inggris, atau yang masih berbahasa Portugal atau Spanyol. Namun untuk saya tidak seperti itu saja, saya berasal dari bagian North-East negara ini, tetapi dukungan Lucas sejak saya masuk sampai sekarang ini sangatlah berguna untuk saya. Itu tidak menjadi halangan buat Lucas, baik kamu dari dalam negeri atau diluar tidaklah menjadi masalah, ia akan menyediakan waktunya untuk kita dan memberi pengalaman dia demi membimbing individual yang membutuhkan dia. - Jordan Henderson
Henderson dan Lucas Leiva
Lucas tampil sebanyak 346 kali di Liverpool, berdiri di urutan ke enam sebagai pemain Liverpool terbanyak penampilannya di ajang Premier League, dan hanya Hyypia dan Reina pemain luar Inggris yang tampil lebih banyak dibanding Lucas. Ia berhasil menjadi kapten Liverpool sebanyak 14 kali, dan memberikan 7 gol pada Liverpool. Ia telah bermain dengan 5 era kepelatihan Liverpool, hanya Carragher yang bermain lebih banyak era di sejarah Liverpool.
Ini adalah 10 tahun yang luar biasa. Kita tau kalau ini sedikit terlihat seperti Rollercoaster, sangat banyak jalan yang naik, dan turunnya, tetapi saya sangat bangga untuk mengenakan seragam ini setiap hari dalam hidup saya. Klub ini membuat saya lebih baik sebagai pemain atau orang. Kedua anak saya lahir disini. Suatu saat mereka besar, datang kembail kesini untuk menonton Liverpool, mereka akan bangga bahwa ayah mereka pernah bermain untuk Liverpool. - Lucas Leiva.
Dengan performa atau apa yang diraih di Liverpool mungkin tidak akan cukup menjaminkan dia sebagai pemain "Legend" di Liverpool. Namun masa bakti 10 tahun di Liverpool, bermain di 5 era pelatih Liverpool, membuat Lucas Leiva menjadi seorang "cult-hero" diantara Kopites. Passion dan kecintaanya terhadap budaya Liverpool dipancarkan Lucas saat bermain dengan seragam Liverpool, ia bermain habis-habisan saat Derby, bahkan Lucas juga sudah terbiasa menggunakan aksen Scouser. Seperti rekaman ia pada bulan April lalu saat Liverpool berhasil memenangkan Derby Merseyside, Lucas berteriak dengan girangnya dan berteriak dengan aksen Scouser, Lucas selebrasi layaknya seorang Scouser!

Perannya sebagai role-model dan pemain Senior Liverpool, akan sulit tergantikan. Sifat ramah dan humorisnya akan dirindukan fans terlebih lagi para mantan rekan timnya.

Will be sorely missed, All the best for Lucas Leiva!
Berikut kompilasi aksi Lucas Leiva saat berseragam Liverpool, dari @LFCMostar dan akun resmi Liverpool.



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.