Liverpool ku Sayang, Liverpool ku Malang

Image

“You’ll never walk alone”, sebuah lantunan lagu yg memang sangatlah cocok untuk menemani Liverpool untuk kembali menjadi Liverpool yang sesungguhnya. Entah, sebuah kebetulan atau takdir bahwa lagu yang di populerkan Gary and the Pacemaker ini sangatlah pas untuk menggambarkan keadaan yang dialamin Liverpool masa sekarang. Sampai sekarang saya bertanya tanya dalam diri saya sendiri, apa dulu pada tahun 70an, para Kopites yg meresmikan lagu ini chants resmi Liverpool, tau bahwa apa yg bakal terjadi sama Liverpool saat ini. Mengingat dahulu adalah masa jaya jayanya Liverpool, dan tidak menggambarkan sama sekali sebuah klub yang sedang membutuhkan “Golden Sky”.

Apapun alasan para fans Liverpool dulu membuat lagu ini sebagai chants yg sangat identik dengan klub Liverpool, adalah sebuah alasan yang sangat tepat.

Tetapi lagu ini memang sebuah lagu yang sangat luar biasa, sebuah lagu yang menguatkan saya yang juga notabene adalah fans berat Liverpool. Membuat saya, bahkan teman teman Kopites(sebutan untuk fans Liverpool) tetap percaya bahwa klub ini masih memiliki pengharapan dalam penantian akan terbitnya masa kejayaan Liverpool.

“At the end of a storm, there’s a Golden Sky”

Ya, siapa yang tidak mengenal Liverpool. Sebuah klub dari tanah Inggris, sebuah klub raksasa yang sedang menghadapi “badai” dalam kembali ke tempat dimana klub itu berasal., yang saya maksud disini posisi 4 besar.

Mungkin semua fans fans rival klub lain kebanyakan bahagia dengan keadaan Liverpool saat ini, tetapi ada juga yang ingin tau mengapa klub ini bernasib naas saat ini. Jadi disini saya akan menjelaskan beberapa alasan, yang mungkin menyebabkan Liverpool menjadi terpuruk sampai sekarang ini.

1. Retaknya tulang punggung LiverpoolImage

Xabi Alonso, gelandang tengah Real Madrid dan Spanyol saat ini. Siapa yang tak kenal pemain ini, seorang gelandang kelas dunia yang mumpuni, mempunyai kualitas gelandang kelas dunia, passing yang mumpuni, tendangan keras, dan kecerdasannya menjadi jendral lapangan tengah adalah beberapa kemampuan yang sangat menonjol pada sosok pria Spanyol ini. Ya, siapa sangka juga kalau pemain ini adalah eks punggawa Liverpool, bahkan bisa dibilang seorang tulang panggung Liverpool. Bersama Gerrard, dan Mascherano mereka bertiga menjadi the Three Musketeers Anfield. Kepindahannya ke Real Madrid, dan kehilangan yang tak tergantikan di Liverpool sampai sekarang ini, menurut saya salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran permainan Liverpool. Yang menyebabkan Liverpool jadi tidak konsisten, tidak seimbang dari tahu 09 sampai sekarang. Bahkan belum ada gelandang lain yang bisa mempunyai peran vital seperti Xabi saat di Liverpool untuk sekarang ini, Tragis bukan? Missing Xabi, anyone?



"Bukan hal mudah saat Anda kehilangan salah satu pemain terbaik. Kami memang mendapatkan beberapa gelandang yang bagus. Tapi, tim masih butuh waktu karena sudah tidak ada Alonso dalam sistem kami," - Steven Gerrard



2. Liverpool sempat mengalami transplantasi jantung

Image

Jantung merupakan alat vital jantung manusia, organ ini memompa darah yang berisi sumber energi keseluruh tubuh. Ya, kata jantung disini yang saya maksud adalah jantung dari klub ini, yaitu kepemilikan klub. Pemilik klub sepakbola sangatlah vital untuk klub, mereka yang memberi ‘energi” dalam bentuk budget untuk klub. Pada tahun 2009-2010, terjadi gangguan internal pada Liverpool. Terjadi perselisihan antara supporter dan pemilik klub, yang pada ujung ujungnya mengharuskan terjadi pergantian kepemilikan. Seingat saya dikarenakan faktor budget minim. Masalah ini memang sangat mempengaruhi keadaan klub, klub juga menjadi tak stabil.
“Masalah kepemilikan klub harus segera dituntaskan” – Torres

Yap, permasalahan ini selesai pada bulan Oktober tahun 2010, Liverpool resmi berganti kepemilikan. Mungkin orang orang memandang permasalahan ini sepele, tapi ini sangat mempengaruhi struktural dan fondasi klub, bahkan faktor psikologis para pemain. Ya, disini ibaratnya orang yang baru menjalani proses transplantasi.

3. Otak Liverpool labil

Retaknya “punggung” Liverpool, dan baru tergantinya “jantung” Liverpool, tidak menyudahi permasalahan yang terjadi di Liverpool. Pelatih, atau otak dari sebuah klubpun harus terganggu. Kepergian Rafa dan datangnya seorang Roy Hodgson bukanlah sebuah cahaya emas yang ditunggu para fans Liverpool.

Image

Dengan Roy Hodgson sebagai pelatih Liverpool, awalnya saya optimis. Mengingat bagaimana kinerja om Roy di Fulham.

Sayangnya, tidak demikian. Kesalahan fatal pria Inggris ini dapat kita lihat bagaimana transfer pemainnya. Mengganti Mascherano dengan seorang Christian Poulsen, mendatangkan Joe “Messiah” Cole, dan Paul Konchesky bukanlah sebuah solusi yang tepat untuk membuat klub yang lagi terpincang pincang itu menjadi mantap berlari, malahan sebaliknya bahkan malah hanya menambah beban saja.

Yap, lambat laun dengan tenggat 6 bulanpun, pelatih yang sekarang merupakan pelatih timnas Inggris didepak dari Liverpool karena buruknya performa The Reds sehingga bisa terlempar sampai keujung klasmen sementara, bukannya menaikan posisi kembali ke big 4.

Kepergian Hodgson, dengan cepat digantikan oleh seorang yang tidak asing di mata para fans Liverpool. Yak, Liverpool kembali kedatangan salah satu Legendary Strikernya, King Kenny Dalglish.

Image

Kedatangan King Kenny membawa sedikit angin segar, sempat menyelamatkan Liverpool dari zona degradasi, dan pada akhir musim memberikan Liverpool satu piala, menurut saya lumayan segar dibandingkan Liverpool tahun tahun sebelumnya, walaupun masih jauh dari posisi 4 besar.

Sayangnya, King Kenny tidak terlalu pandai dalam memanagement budget, ada sekitar 120 juta poundsterling yang telah di belanjakan King Kenny dan Damien Comolli (kepala Scout Liverpool saaat itu) untuk memaksimalkan Liverpool, mendatangkan pemain pemain yg sedikit “overpriced”, seperti Andy Carroll, Stewart Downing, Jordan Henderson, dan Charlie Adam tetaplah tidak berbuah manis.

Anda bayangkan saja anda sebuah boss yg mempunyai duit banyak, lalu duit banyak itu anda percayakan pada karyawan anda untuk menggunakan untuk perusahaan, tetapi hasilnya hanyalah sedikit yang bisa peroleh, apa yang akan anda lakukan?

Yap, memecatnya.

Usai musim 2011/12, Kenny Dalglish di pecat oleh owner Liverpool, sebuah piala Carling cup tidak dapat menebus kerugian yang telah dilakukan Kenny Dalglish dan beberapa staff Liverpool. Sebelum terjadi pemecatan ini, beberapa backroom staff Liverpool juga didepak dari Anfield, salah satunya adalah Damien Comolli. Yap, disini para owner memang terlihat sangat marah.

Image







"Saya pikir setiap pendukung Liverpool sudah paham bahwa ada sesuatu yang salah telah terjadi dan butuh segera melakukan perbaikan di saat itu juga," J.W.Henry.





Dan, kini Liverpool di pimpin oleh Brendan Rodgers, pelatih yang menurut saya belum punya CV yg luar biasa dalam kepelatihan sepak bolanya, namun beliau adalah otak dari keberhasilan Swansea City untuk promosi dan indahnya permainan Swansea City saat musim 011/012.

Image


“Filosofi yang ia(Rodgers) terapkan sangat cocok dengan klub ini. Ia merupakan pilihan pertama kami dari sekian daftar pelatih, ia juga sangat berambisi mewujudkan apa yang kami harapkan dalam membangun Liverpool,” - J.W.Henry



Yap, otak dari Liverpool sendiri sedang labil labilnya. Dan ini juga sangat mempengaruhi bagaimana perkembangan Liverpool, taktiknya, gaya bermainannya, bahkan hingga transfer dari sang pemain Liverpool. Liverpool butuh “otak” yang benar benar matang dalam menjalankan klub ini, apakah Brendan Rodgers pilihannya? Kita lihat saja nanti.


3 “Penyakit” yang saya sebutkan benar benar merusak sebuah Identitas klub yang saya bangga banggakan. Bayangkan saja anda manusia mempunyai penyakit komplikasi seperti ini, sudah jantungnya rusak, otak labil, tulang keropos, menyeramkan bukan?


Begitu juga yang dialami klub ini. Bergonta ganti kepelatihan membuat Liverpool harus beradaptasi, pemain baru, taktik baru, semua serba baru, jadi apakah dampak dari ini? Tidak Konsisten jawabannya.


Perhatikan saja bagaimana cara bermain Liverpool tahun ini, tahun lalu, dan sebelum sebelumnya, berbeda beda bukan?


Saya tidak mengada-ada dalam hal ini, tetapi gaya permainan sangatlah menentukan identitas klub. Perhatikan saja bagaimana klub klub besar lain, mereka mempunyai ciri khas bukan?


Ini baru dikarenakan dapatasi yg berulang ulang, belum lagi dampak yang ditimbulkan karena masalah internal klub dan masalah kepergian pemain pemain kunci Liverpool (Xabi, Mascherano, dan *ehem* Torres)


Liverpool benar benar kehilangan identitasnya, dan bahkan kehilangan mentalnya. Liverpool sekarang sangatlah berbeda dengan Liverpool ku yang menciptakan “Keajaiban Istanbul” tahun 2005.


Liverpool saat ini mungkin saya bilang dalam tahap penyembuhan, mencari komponen “tulang” yang rusak, memulihkan masalah “organ organ” dalamnya, yap ini akan memakan waktu yang sangat lama menurut saya. Sekali lagi saya meminta anda menganalogikan dengan manusia, apakah ada orang yang baru terkena penyakit berat langsung pulih seperti biasa sehabis sembuh? Butuh waktu yang lama bukan? Sehari dua hari? Perbulan? Bukan, mungkin bertahun tahun.


Saya tetap percaya bahwa “Golden Sky” dari Liverpool akan kembali terbit. Liverpool akan sembuh, dan kembali mempunyai taring. Kesabaran, mungkin sangat dibutuhkan para penggemar fans Liverpool, apalagi mengingat bahwa kini sistem Liverpool sangatlah “remaja”. Mengapa saya bilang demikian? Pelatih baru yang belum terlalu berpengalaman, dan pemain baru yang masih brondong brondonglah alasannya. Jadi kita memang butuh kesabaran, agar Liverpool yang “remaja” ini, akan menjadi Liverpool yang “dewasa”. Yap, Fans Liverpool memang fans paling sabar di dunia. Sabar aja bukan fansnya Liverpool, haha.



Walk on, walk on with hope in your heart.

Selalu ada tahun depan buat Liverpool. YNWA

N.B: Mungkin agak lucu melihat pendapat saya yang saya tuliskan ini, menyamakan Liverpool dengan manusialah, membawa bawa penyakitlah, haha. Kebetulan saya memang lagi belajar mengenai bidang yg berlatar belakang dunia medis, dan saya juga baru belajar menulis, jadi diharapkan mengerti ya om. Hohoho. Ye en we ah!


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.