Analisis Musim 2016/17 Liverpool FC

Mei 23, 2017
Clyne terlihat menyusuri sisi kanan lapangan, memberi passing kepada Firmino yang saat itu di jaga ketat oleh bek Boro, dan Firmino tak berpikir panjang langsung memberi passing terobosan saat melihat rekan setimnya Gini Wijnaldum sedang mencoba menerobos benteng akhir Middlesbrough.

“GOAAAAAAAAAALLLL”

Gini tak menyia-nyiakan passing ciamik Firmino dan menempatkan bola tepat disisi kanan atas gawang Brad Guzan.

thumb_41442_default_news_size_5
            Gini melakukan selebrasi golnya setelah memanfaatkan umpan terobosan Firmino.

Selama 45 menit sebelum jeda Half-Time, fans Liverpool gigit jari karena melihat posisi Klub nya harus turun sementara mengingat sudah 2 gol dilesat-kan Arsenal ke gawang Everton untuk merebut posisi 4 di klasmen sementara. Gol Gini tersebut membuat Fans Liverpool lega, dan mulai bersorak-sorai, berkhayal untuk menatap Liga Champions.

1-0 untuk Liverpool.

Selang 5 menit setelah babak kedua dimulai, Daniel Sturridge dijatuhkan pemain Boro di depan 18-yard box. Free Kick untuk Liverpool.

Coutinho terlihat percaya diri untuk mengambil Free Kick tersebut,

“GOAAAAAAAAAAALLL”, dengan sihirnya Coutinho membuat Brad Guzan tak berdaya akan Free Kick Coutinho.

Fans Liverpool makin optimis, dan bersorak-sorai. Sampai saat itu iPhone saya menjadi korban, terjatuh karena girang melompat-lompat, merayakan selebrasi bersama fans Liverpool lainnya.

“UCEEE EEELLLLLL”, “LIGAAA CHAMPIOOOOONNNSSS WE ARE BACCKK”, teriak fans Liverpool lainnya.

Dan 3-0 untuk Liverpool, setelah Adam Lallana menambah golnya 5 menit kemudian setelah gol Coutinho. Clean Sheet dan pertandingan berakhir manis. Liverpool menyelesaikan musim 16/17 di peringkat 4 Premier League dengan perolehan 76 poin, unggul 1 poin dari Arsenal yang di posisi 5.

Musim 2016/17 menjadi perjalanan roller-coaster Liverpool dibawah Jurgen Klopp kedua. Menjadi satu-satunya Klub yang Unbeatable diantara laga antar Top Six, membuat Liverpool diprediksi menjadi satu kandidat juara di pertengahan musim kemarin.

Diawali dengan pertandingan di Emirates melawan Arsenal, Jurgen Klopp menjalani debut musim full-nya bersama Liverpool dengan kemenangan tipis atas rivalnya, namun setelah itu Liverpool harus menahan malu karena di tenggelamkan Burnley di Turf Moor 2-0. Seperti menjadi indikasi kuat bahwa Liverpool akan kuat menghadapi rival-rivalnya, namun terseok-seok menghadapi tim papan bawah.

nintchdbpict000286692227
Ibe yang merupakan mantan pemain Liverpool, selebrasi dengan rekan setimnya setelah mencetak gol ke gawang Liverpool.

Setelah kekalahan atas Burnley, Liverpool menorehkan 15 pertandingan tak terkalahkan di ajang Premier League maupun EFL Cup, sebelum pada akhirnya mengalami kekalahan paling memalukan Liverpool atas Bournemouth di Vitality Stadium, padahal sudah unggul 2-0 di babak pertama, namun harus menelan kekalahan dibabak kedua dengan skor 4-3. Setelah itu pada akhirnya Liverpool mengawali tahun 2017 di puncak klasmen sementara. Ternyata posisi 1 di awal tahun tidak menjadi pertanda baik untuk Liverpool. Badai Cedera, dan perginya Sadio Mane ke Afcon 2017 menjadi badai yang harus dijalani selanjutnya. Badai ini pun makin parah setelah Klopp memutuskan untuk tidak memperdalam skuad Liverpool pada jeda transfer Januari.

Diawali dengan seri dengan Sunderland, kemudian seri lagi melawan Plymouth di ajang FA Cup. Lalu kalah di EFL Cup oleh Southampton. Dari 9 pertandingan di bulan Januari, Liverpool hanya bisa menang sekali, itupun lawan tim kasta bawah, Plymouth.  Lalu kekalahan itu berlanjut lagi hingga awal bulan Februari saat menjamu Hull, 2-0. Bak Roller Coaster, Liverpool yang awalnya tak terkalahkan, menjadi tim pesakitan.

hd-loris-karius-jurgen-klopp_74rjnw9ws7nn19hf56hlb672p
Jurgen Klopp gagal untuk meneruskan langkah Liverpool FC di EFL Cup musim ini.

Faktor terlalu berani atau nekat Klopp (baca: Klopp yang Nekat) untuk tidak menambah kedalaman skuad pada jendela transfer Januari, yang membuat Liverpool menjadi terseok-seok, sehingga menjadi inkonsisten untuk meraih poin. Taktik Gegenpressing andalan-nya menguras banyak stamina pemain, dan tipisnya skuad menyebabkan taktik ini tidak maksimal, dan akibatnya banyaknya laga replay di pertandingan FA Cup dan EFL Cup menambah beban yang harus ditanggung para pemain inti Liverpool, dan ujung-ujungnya, satu persatu pemain Liverpool bergantian untuk mengisi list daftar pemain cedera. Tidak sampai situ saja, setelah Mane kembali dari AFCON, karena gagal membawa Senegal di perempat-final melawan Kamerun, Liverpool mencoba kembali ke jalan yang benar, namun saat derby Merseyside, Sadio Mane harus menepi dengan cedera yang mengakhiri musim Mane.

Musim Liverpool semakin berat setelah key-player mereka harus menepi sampai akhir musim, pemain inti lainnya pun seperti Henderson, Matip, Lovren, Lallana, dan Coutinho pun harus saling beragantian untuk cedera membuat Klopp harus berpikir keras mengutak-atik tim yang ada. Klub menengah kebawah pun memaksa Liverpool untuk lebih kreatif dengan skuad yang ada untuk menebus benteng parkir bus mereka. Alhasil penyakit Liverpool, si Inkonsisten kembali hadir ditengah-tengah kehidupan mereka.

Ekspektasi para fans terhadap juara Liga mungkin sudah pupus, namun dengan skuad yang ada Liverpool, Klopp membawa Liverpool lebih maju di musim keduanya bersama Liverpool.

Liverpool naik 4 peringkat dari peringkat sebelumnya peringkat 8 di musim 15/16 menjadi peringkat 4. Meraih total poin 76, dimana sebelumnya hanya meraih 60 poin saja. Memang hanya mencampai semi final EFL, dan babak keempat FA Cup, dibanding tahun sebelumnya mencapai final EFL Cup dan Europe League. Namun masuk big four memang menjadi target realistis Jurgen Klopp di awal musim. Dan saya rasa walaupun dengan naik turun performa Liverpool, berada di peringkat 4 dengan skuad yang ada, sudah menjadi proses yang baik Liverpool, bersama Jurgen Klopp.

Berikut rata-rata rating permainan para pemain Liverpool musim 2016/17 menurut WhoScored.com.

Philippe Coutinho – 7.56

Menorehkan 13 gol dan 7 assist pada musim ini dimana sebelumnya hanya membuat 8 gol dan 5 assist, Coutinho tampak lebih tajam bersama Klopp di musim ini, bahkan tertajam diantara penyerang lainnya.

4279b36c098b689202bd0446c049d4db
Trio Maut Liverpool, Coutinho, Mane, dan Firmino.

Roberto Firmino – 7.54

Firmino menjadi salah satu pemain andalan Klopp dibandingkan Sturridge dan Origi sebagai penyerang, Firmino menjadi pemain dengan penampilan terbanyak nomor 3 di Liverpool, berperan sebagai False Nine, Firmino menjadi arsitek di final-third Liverpool, menorehkan 11 gol, dan 7 assist.

Sadio Mane – 7.51

Memulai debutnya dengan rating 9/10 melawan Arsenal di Emirates, juga sambil menorehkan gol debutnya. Menunjukan bahwa Mane adalah pemain yang memang luar biasa, menorehkan 13 gol dan 5 assist menjadikan Sadio Mane adalah Marquee Signing Klopp pada musim ini. Mane pun langsung menjadi pemain Liverpool of the Year 2017.

Jordan Henderson – 7.30

Walaupun hanya tampil sebanyak 24 pertandingan, Jordan Henderson bermain lebih apik sebagai jangkar tengah, menjaga kestabilan Liverpool. Henderson menjadi pemain dengan rataan tackle dan intercept terbanyak di Liverpool.

hi-res-58a3099238debc7f405da2d09959c302_crop_north
Jordan Henderson dan Milner sebagai Kapten dan Wakil Kapten Liverpool.

James Milner – 7.26

Pindahnya posisi James Milner dari pemain tengah menjadi bek sayap membuat kejutan besar di Liverpool, disaat Liverpool membutuhkan bek kiri, pemain asal Inggris ini berhasil mengejutkan Premier League menjadi salah satu bek paling konsisten di Premier League dengan rata-rataan 7.

Dejan Lovren – 7.13

Walaupun stats Lovren sebagai bek, tidak begitu memukau dari segi, tackle, intercept, namun stats Lovren dalam Clearence, dan Block, adalah tertinggi dibanding pemain Liverpool lainnya, mengalahkan patner-nya di lini belakang, Joel Matip.

Joel Matip – 7.11

Berbeda tipis dengan Lovren, Matip memiliki stats yang cukup baik kedua dibawah Lovren sebagai benteng pertahanan, mengingat Matip menjalani debutnya di Liverpool, faktor adaptasi tidak menjadi halangan Matip untuk bermain baik. Saya rasa Matip juga salah satu menjadi pembelian berharga Klopp selain Mane, apalagi dia FREE TRANSFER.

Adam Lallana – 7.10

Menjadi pemain yang sangat berpengaruh di Liverpool saat on the form, Lallana menjadi pemain yang kerap kali membongkar pertahanan Liverpool untuk mencari space pemain Lallana, namun inkonsistensi adalah masalah pemain yang punya panggilan sayang mas Adam ini.

Emre Can – 7.05

Sama dengan Adam Lallana, diawal musim Emre menjadi pemain pesakitan, sehingga ia harus dibangku cadangkan karena tidak sanggup untuk bersaing dengan Henderson, Adam Lallana, dan Gini Wijnaldum sebagai gelandang tengah. Namun semenjak Henderson cedera, pemain ini berhasil menunjukan performa sesungguhnya diakhir musim, dan golnya ke gawang Watford, menjadi kandidat gol terbaik di Premier League 2016/17.

hd-emre-can-goal_aczgfsxpyzna1h4h3kef9hqg1
Gol akrobatik Emre Can saat menjamu Watford.

Gini Wijnaldum – 6.95

Mungkin menjadi lucu melihat rating pemain yang satu ini masih dibawah pemain diatas, namun penampilan pria kebangsaan Belanda ini menjadi penampilan terbanyak setelah Clyne saat musim 2016/17, yaitu bermain sebanyak 33(3), sehingga rata-rataannya menjadi seiring dengan tidak inkonsistenan Liverpool, padahal Gini menjadi pemain paling banyak memberi assist di musim ini, yaitu sebanyak 9 kali, dengan tambahan gol 6 kali.

Nathaniel Clyne – 6.80

Menjadi pemain paling banyak hal penampilan merupakan bukan hal yang mudah, Clyne menjadi pemain andalan Klopp di bek sayap, bermain 37 kali atau sebanya 3324 menit. Walaupun statsnya sebagai sayap masih dibawah James Milner, namun prestasinya sebagai pemain tetap tidak bisa dianggap enteng.

Simon Mignolet – 6.72

Pada musim ini Mignolet lebih berkembang karena telah memiliki pesaing dari seorang Kiper Jerman pilihan Klopp, Mignolet berhasil mempertahankan posisinya sebagai kiper no.1 di Liverpool setelah sempat dinomor 2 kan Klopp. Mempangkas ke-Error-an Mignolet di tahun 2015/16 sebanyak 4 kali menjadi 1 kali saja di musim ini. Dari 28 penampilan Mignolet, ia memperoleh 9 Clean Sheet, kebobolan 30 gol, lebih sedikit dari musim lalu yaitu 48 gol.

PA-28703933-600x421
Mignolet berhasil menyingkirkan Karius yang mencoba mengambil spot no 1 di Liverpool.

Lucas Leiva & Ragnar Klavan – 6.68

Menjadi pemain back up, yang kerap kali berubah-rubah posisi, pengalaman Lucas menjadi solusi Klopp untuk menambal bolong-nya skuad yang ada, apalagi kebolongan tersebut lebih sering diposisi bek dan gelandang, Lucas seakan-akan menjadi pemain cadangan multifungsi, dan juga Lucas berhasil menyumbang 3 assist untuk Liverpool. Berbeda dengan Klavan, yang selalu menjadi back up pemain belakang disaat Lovren, dan Matip, namun kerap kali tidak memberikan performa yang begitu maksimal dalam segi pertahanan.

Daniel Sturridge – 6.67

Tampil hanya sebanyak 20 kali dimana, 13 kali penampilannya hanya sebagai pemain cadangan, Sturridge lebih memiliki determinasi yang lebih tinggi dibanding Divock Origi, hanya karena cedera dan menurunnya kecepatan Sturridge menjadi pilihan ketiga Klopp dalam taktik gegenpressing-nya. Walaupun begitu, Sturridge tetap efektif dalam membongkar pertahanan lawan, menyumbang 3 gol setelah ia cedera lama.

Divock Origi – 6.50

Divock menjadi pemain yang mungkin lebih baik menjadi pemain super sub dalam memecah kebuntuan Liverpool. Saat pemain ini turun menjadi starting eleven Liverpool, pemain ini tidak banyak memberikan konstribusi dalam hal penyerangan. Namun stats 7 gol dan 3 assist, merupakan stats yang cukup baik sebagai striker back up.

Loris Karius & Alberto Moreno – 6.34

Buruknya permainan di musim 2015/16 sebagai bek sayap Liverpool menjadi dosa yang membebani Moreno untuk menjadi pemain reguler lagi, belum lagi bek pengganti Moreno ialah wakil Kapten Liverpool musim ini, dan menjadi salah satu pemain dengan performa paling konsisten. Berbeda dengan Karius yang sempat digadang-gadang akan menjadi kiper nomor 1 di Liverpool, faktor permainan fisikal yang menjadi khas dari Premier League membuat pemain yang satu ini kewalahan dalam hal adaptasi. Moreno dan Karius menjadi pemain yang paling sering menghangatkan bangku cadangan karena gagal bersaing dengan pesaing mereka.

hd-ben-woodburn-trent-alexander-arnold_1iwqnr882wf0d11zzz3d6hr60v
Ben Woodburn, dan Trent-Arnold pemain akademi Liverpool yang dipercaya Klopp.

Marko Grujic, Ben Woodburn, Alexander Trent-Arnold, Ovie Ejaria, dan Kevin Stewart - 6.20

Pemain-pemain ini merupakan pemain muda tim U-23 yang dipanggil Klopp untuk dikembangkan terlebih lagi, Grujic merupakan pemuda asal Serbia yang memiliki potential sebagai gelandang serang yang tidak dimiliki pemain Liverpool lainnya, baik dari aspek fisik, aerial duel, dan passing, namun cedera dan adaptasi menjadi masalah utama Grujic musim ini.

Ovie Ejaria dan Kevin Stewart juga demikian, menjadi pemain yang tampaknya bermain cukup baik di tim awalnya, namun karena cedera menghadang pemain ini gagal untuk tetap menghiasi bangku cadangan Liverpool menanti kesempatan untuk mengasah mental.

Ben Woodburn, Trent-Arnold saya rasa adalah youngster andalan Klopp, karena tetap konsisten memberikan determinasi yang lumayan sebagai pemain cadangan padahal mereka masih terbilang sangat hijau, mereka berdua digadang-gadang sebagai pemain penerus Owen, dan Jamie Carragher.

Jadi itulah, rataan rating para pemain Liverpool menurut WhoScored.com dan sedikit analisis sedikit dari saya, prestasi yang dijalani Klopp sudah cukup baik, karena dengan skuad seperti itu berhasil menaklukan Arsenal dan MU yang memiliki pemain dengan kualitas lebih baik, andai saja Klopp mau menurunkan Ego-nya untuk menurunkan Sakho atau membeli pemain baru, mungkin akan lebih maksimal, tapi tetap saja, yang terjadi telah terjadi, Klopp telah memberi kemajuan yang luar biasa untuk Liverpool, thank you Klopp!

Champions League, we are back!







Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.